Like Moon Like Water
Nama
kami Alisa dan Aisyah. Kami kembar identik. Kami serupa tapi sifat kami 180º
berbeda. Lucu memang. Bunda bilang Kak Alisa lahir jam 11 malam. Saat itu bulan
purnama. Tepatnya bulan purnama di musim kemarau. Sangat panas. Selang 10 menit
aku lahir. Uniknya, menjelang kelahiranku hujan tiba-tiba turun. Tak ada guntur
sebagai pertanda awal. Air langit dengan derasnya langsung menghujam bumi. Dan
mungkin bahkan air yang pertama kali menyentuh bumi bersamaan dengan tangis
pertamaku. Dan apa tadi yang kubilang lucu? Angka-angka tadi adalah tanggal
lahir kami. 11 Oktober. Keadaan malam itu juga sama dengan sifat kami sekarang.
Kak Alisa yang ‘gampang’ marah. Dan
aku yang ‘gampang’ menangis.
Saat Kak Alisa sedang tersulut api
amarah, aku bisa menenangkannya. Dan setelahnya Kak Alisa pasti berkata, “Kau memang seperti hujan. Selalu bisa
membasahi hatiku yang terbakar emosi. Ternyata cerita tentang kelahiran itu
benar. Terimakasih!” Dan kami akan tertawa bersama. Sebaliknya, saat aku
sedih, saat aku menangis, Kak Alisa selalu menghangatkan hatiku. Membuat musim
semi dalam diriku. Dan setelahnya aku pasti berkata, “Terimakasih ya Kak. Kakak selalu bisa membuat tangisku reda.
Menyalakan semangatku yang sering sekali redup. Kakak seperti memiliki kekuatan
sinar bulan. Hha, ternyata cerita tentang kelahiran itu benar!” Dan kami
akan tertawa bersama.
Kami pernah menanyakan hal unik itu
ke Bunda. Mendengar pertanyaan kami waktu itu, Bunda hanya tersenyum dan
berkata, “Itu artinya kalian tidak boleh
bertengkar. Kalian terlahir untuk bersama. Alisa yang akan selalu membuat
Aisyah tersenyum. Aisyah yang akan membuat hati Alisa sejuk. Allah menciptakan
makhluknya untuk saling menyayangi. Bukankah Allah sendiri Maha Penyayang lagi
Maha Pengasih? Kita juga harus menerapkan hal itu dalam kehidupan sehari-hari. ”
Ya, kata-kata itu akan selalu kuingat. Aku akan selalu menyayangi Kak
Alisa. Apapun keadaan kami_
“Hei, sedang menulis apa?” Kak Alisa menepuk bahuku
“Emm…cerita kita, kuharap orang lain
akan membacanya suatu saat nanti. Dan mereka akan tahu apa arti kasih sayang sebenarnya.”
“Ya…semoga, sudahlah ini larut
malam. Ayo tidur! ” Ajaknya. Dan kami tertawa.