Jumat, 30 Januari 2015

Create Short Story




Like Moon Like Water

            Nama kami Alisa dan Aisyah. Kami kembar identik. Kami serupa tapi sifat kami 180º berbeda. Lucu memang. Bunda bilang Kak Alisa lahir jam 11 malam. Saat itu bulan purnama. Tepatnya bulan purnama di musim kemarau. Sangat panas. Selang 10 menit aku lahir. Uniknya, menjelang kelahiranku hujan tiba-tiba turun. Tak ada guntur sebagai pertanda awal. Air langit dengan derasnya langsung menghujam bumi. Dan mungkin bahkan air yang pertama kali menyentuh bumi bersamaan dengan tangis pertamaku. Dan apa tadi yang kubilang lucu? Angka-angka tadi adalah tanggal lahir kami. 11 Oktober. Keadaan malam itu juga sama dengan sifat kami sekarang. Kak Alisa yang ‘gampang’ marah. Dan aku yang ‘gampang’ menangis.
            Saat Kak Alisa sedang tersulut api amarah, aku bisa menenangkannya. Dan setelahnya Kak Alisa pasti berkata, “Kau memang seperti hujan. Selalu bisa membasahi hatiku yang terbakar emosi. Ternyata cerita tentang kelahiran itu benar. Terimakasih!” Dan kami akan tertawa bersama. Sebaliknya, saat aku sedih, saat aku menangis, Kak Alisa selalu menghangatkan hatiku. Membuat musim semi dalam diriku. Dan setelahnya aku pasti berkata, “Terimakasih ya Kak. Kakak selalu bisa membuat tangisku reda. Menyalakan semangatku yang sering sekali redup. Kakak seperti memiliki kekuatan sinar bulan. Hha, ternyata cerita tentang kelahiran itu benar!” Dan kami akan tertawa bersama.
            Kami pernah menanyakan hal unik itu ke Bunda. Mendengar pertanyaan kami waktu itu, Bunda hanya tersenyum dan berkata, “Itu artinya kalian tidak boleh bertengkar. Kalian terlahir untuk bersama. Alisa yang akan selalu membuat Aisyah tersenyum. Aisyah yang akan membuat hati Alisa sejuk. Allah menciptakan makhluknya untuk saling menyayangi. Bukankah Allah sendiri Maha Penyayang lagi Maha Pengasih? Kita juga harus menerapkan hal itu dalam kehidupan sehari-hari. ” Ya, kata-kata itu akan selalu kuingat. Aku akan selalu menyayangi Kak Alisa. Apapun keadaan kami_
            “Hei, sedang menulis apa?” Kak Alisa menepuk bahuku
            “Emm…cerita kita, kuharap orang lain akan membacanya suatu saat nanti. Dan mereka akan tahu apa arti kasih sayang sebenarnya.”
            “Ya…semoga, sudahlah ini larut malam. Ayo tidur! ” Ajaknya. Dan kami tertawa.
             
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bayang Rembulan #4

Itu kalimat terakhir Aya.Dia langsung saja pergi tanpa mempedulikan tatapan dari anak-anak lain. Kau telah membuat masalah besar Aya. K...